'Lee Won', seorang siswa teladan dengan kepribadian gay dan pendiam, menyukai 'Seo Han-geon', seorang pria seksi dari sekolah yang sama. Lee Won yang senang hanya melihatnya dari jauh, bahagia setiap hari karena dia cukup beruntung berada di kelas yang sama dengan Seo Han-geon di tahun ketiga sekolah menengahnya. Bertentangan dengan rumor yang beredar, Seo Han-geon dan Won, yang ternyata sangat baik, semakin dekat... . Mereka adalah teman dan pacar paling spesial yang mereka rindukan setiap hari. Namun, kenyataan memisahkan mereka, dan delapan tahun berlalu dan janji mereka untuk menghubungi satu sama lain beberapa bulan kemudian kandas. Delapan tahun kemudian, Won yang berusia 28 tahun menderita PTSD dan frigiditas. Di kampung halamannya di Busan, tempat dia kembali ke sekolah pascasarjana, Won bertemu kembali dengan Han Geon... . * * * Aku melihat sosok di kejauhan dan berkedip beberapa kali. Seseorang berjalan di depan rak susu yang bertumpuk tinggi, berkeliling dengan ragu-ragu. Seo Han-geon berdiri di sana. '… … ?' Tidak peduli seberapa keras aku mencoba mencari tahu situasinya, aku hanya dapat menemukan satu jawaban. Ini pasti disengaja untuk membuatku berbicara. Seo Han-geon perlahan berjalan mendekatiku dan dengan lembut mengambil susu dari rak. Aku menahan napas dan menatapnya dengan tajam. Kardigan biru tua bergerak-gerak ketika dia berjalan, jari-jarinya yang kasar singgah sejenak, dan dua pil muncul. "Kuning adalah obat pencernaan, putih adalah obat sakit kepala." “… … .” "Pilih yang mana yang lebih mendesak." Aku mengulurkan telapak tanganku, merasa seperti aku harus menerimanya. Pikiranku hampir melayang ke dimensi ke-7. "Won-ah." Aku mengangkat kepalaku ketika mendengar suara yang begitu kudambakan. Seo Han-geon menatapku dengan mata tanpa ekspresi. “Jangan terima sapaan bajingan itu.”